Daerah, Sosio: Dinas Sosial Provinsi Sumatra Barat dan Dinas Sosial Kota Padang melakukan kunjungan studi tiru mengenai pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) ke Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Rabu (21/06/2024).
Rombongan tersebut diterima langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ciamis, Eka Permana Oktaviana, S.T.,M.A.P di Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Ciamis.
Eka mengungkapkan bahwa kunjungan tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi Pemkab Ciamis, khususnya Dinas Sosial Kabupaten Ciamis.
Eka menjelaskan tujuan dari studi tiru ini adalah untuk melakukakn penelitian serta investigasi terkait inovasi yang dilakukan oleh pendamping PKH di Kabupaten Ciamis.
“Keseluruhan mereka ada 90 orang, kemudian dibagi dua kelompok yang nantinya akan melakukan penelitian ke lokasi tempat inovasi itu dikembangkan” Kata Eka.
Studi tiru ini akan dilakukan dalam waktu satu hari. Selama itu, mereka akan menyerap informasi terkait inovasi yang dilakukan dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Ciamis.
Eka menyebut bahwa keberhasilan inovasi PKH di Kabupaten Ciamis tidak terlepas dari adanya kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak.
“Keberhasilan yang kita raih tidak terlepas dari adanya kolaborasi yang baik antara pihak pemerintah, non-pemerintah, dan juga keluarga penerima manfaat (KPM),” ujar Eka.
Sehingga, dengan adanya kolaborasi yang baik, berbagai program inovasi dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Eka mencontohkan salahsatu program inovasi yakni PKH Shop, masyarakat (KPM) yang sudah graduasi dapat mampu menguliahkan anaknya ke Perguruan Tinggi (PT), baik itu PT swasta maupun negeri.
“Meskipun rata-rata pendidikan orangtuanya sampai jenjang SD, mereka mampu berusaha menguliahkan anaknya” jelasnya
Ia menambahkan bahwa Dinsos akan terus mendorong agar program inovasi PKH dapat terus berlanjut dan dikembangkan, sehingga masyarakat yang menjadi peserta PKH bisa graduasi dari program tersebut dan tidak selalu bergantung pada bantuan dari pemerintah.
Eka khawatir jika masyarakat terus bergantung pada bantuan dari pemerintah, karena jika suatu saat program bantuan tersebut tidak ada, masyarakat mungkin belum siap untuk mandiri.