Daerah, Sosio: Ketua bidang perguruan tinggi kemahasiswaan dan pemuda (PTKP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Pangandaran sebut generasi muda sebagai penentu keberhasilan pemilu 2024.
Berdasarkan Daftar Pemilihan Tetap (DPT) yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), jumlah generasi muda ini mencapai sekitar 46 persen.
Adapun rinciannya adalah Pemilih generasi milenial mencapai 66.82.389 atau 33,6 persen dan pemilih generasi Z mencapai 46.800.161 atau 22,8 persen.
“Peran pemuda sangat penting terlebih jumlahnya mendominasi dari DPT nasional yang berjumlah 204.807.222 pemilih,” ujar Kabid PTKP HMI pangandaran.
Ia menambahkan Generasi muda dengan semangatnya yang membara dan tekad untuk membentuk masa depan memegang peran kunci dalam setiap proses pemilihan umum.
“Di Dalam ruang demokrasi, mereka bukan hanya pemilih, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mendorong dinamika politik ke arah yang lebih progresif dan inklusif, “Kata Asep pada, Kamis 26/1/2024.
Dalam pemilu 2024, generasi muda menyuarakan aspirasi dan keinginannya melalui partisipasi yang aktif.
Mereka menggunakan kecanggihan teknologi dan keterhubungan melalui media sosial untuk merangkul kampanye, mendiskusikan isu-isu penting, dan memberikan pandangan yang segar.
“Pentingnya partisipasi generasi muda terletak dalam kemampuannya untuk membawa isu-isu yang mungkin yang awalnya mungkin diabaikan menjadi sebuah pusat perhatian,” tambahnya.
Ia menuturkan mereka harus membela hak-hak dasar, memperjuangkan keadilan sosial, dan mendorong inovasi dalam kebijakan.
“Kesadaran generasi muda terhadap masalah-masalah kritis, seperti perubahan iklim, pendidikan, dan ketidaksetaraan, menjadi pendorong kuat dalam pemilu ini”. tambah Asep.
Tidak hanya menjadi penentu hasil pemilu, generasi muda yang juga menciptakan perubahan budaya dalam politik.
“Mereka mengekspresikan keprihatinannya terhadap apati politik dengan memberikan dampak nyata melalui aksi yang konkrit, ” terangnya.
Mereka melibatkan diri dalam kampanye sukarela, debat, dan advokasi. Generasi muda harus membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan yang tak bisa diabaikan.
Perjalanan peran generasi muda dalam pemilu adalah perjalanan transformasi. Dari sekadar penonton menjadi pemberi arah, mereka mencetak jejak yang menginspirasi perubahan.
“Pemilu bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang mengukir masa depan bersama,” ucapnya.
Asep menambahkan dalam cahaya semangat dan energi generasi muda, demokrasi berkembang, menciptakan ruang bagi suara-suara baru dan mengukuhkan harapan akan masa depan yang lebih cerah.
“Pemilu 2024 mencerminkan dinamika demokrasi yang terus berkembang, dengan peran krusial generasi muda yang semakin mendominasi panggung politik,” terangnya.
Asep menuturkan dengan teknologi sebagai alat utama, mereka membawa perubahan dalam partisipasi politik dan membentuk arah masa depan negara.
“Penting untuk terus memberikan dukungan dan ruang bagi generasi muda agar dapat memainkan peran mereka secara efektif dalam menciptakan masa depan demokrasi” tutur Asep.
Menurutnya pemilih milenial dan generasi Z harus lebih bijak lagi memilih Pimpinan Negara dan tidak menyebar hoax terkait pemilu 2024 dengan bersikap kritis dalam menyikapi pilihannya.
“Kita boleh kritik tetapi harus menjaga ucapan, tidak boleh melontarkan caci maki dan ujaran kebencian. Hal tersebut saya sampaikan bahwasanya UU ITE di Indonesia masih berlaku saat ini.” ungkap Asep.
Asep berharap keterlibatan generasi muda bukan hanya dalam ranah politik formal, tetapi juga melalui gerakan sosial.
Aktivisme mereka dapat menciptakan perubahan sosial yang lebih besar, membentuk budaya inklusif dan mendorong nilai nilai progresif.
“Dengan dampak positif ini, keterlibatan generasi muda bukan hanya penting untuk masa kini, tetapi juga menentukan untuk membentuk arah dan karakter masyarakat dimasa depan,” pungkasnya.