Internasional, Sosio: Per hari ini, 4 November 2023 ringgit Malaysia anjlok dan terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Bahkan nilai mata uang ringgit anjlok ke level terendah, sama seperti krismon keuangan pada tahun 1997-1998 silam.
Berdasarkan laporan Straits Times, Jumat (3/11/2023) kemarin nilai tukar ringgit melemah hingga 8 persen terhadap dolar AS. Bahkan tercatat sebagai mata uang dengan kinerja paling buruk di ASEAN, hal ini didukung dengan posisi ringgit yang berada di level 4,7607 per dolar AS.
Pada krismon tahun 1998 ringgit Malaysia juga pernah berada di level terendah mencapaai 4,8850 per dolar AS. Jika nilai tukar tertekan dari pada itu, artinya saat ini ringgit Malaysia masuk ke dalam rekor terburuk sepanjang sejarah.
Faktor utama mata uang Malaysia anjlok terjadi karena permintaan dolar AS terus menguat akibat konflik Israel-Palestina. Tak hanya ringgit Malaysia, konflik antara dua negara ini juga membuat mata uang lain melemah, termasuk rupiah Indonesia.
Belum lagi keputusan Bank Negara Malaysia yang menghentikan kenaikan suku bunga sejak bulan Juli kemarin. Dampaknya pertumbuhan ringgit mengalami hambatan karena suku bunga yang dipatok oleh BNM membuat selisih suku bunga rill kian melebar dan tidak menguntungkan.
Menanggapi krisis mata uang, Anwar Ibrahim selaku Perdana Menteri Malaysia akan bergerak untuk mencari lebih banyak mitra dagang yang mau menerima pembayaran ringgit. Hal ini merupakan strategi untuk menopang mata uang ringgit dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Dalam laporan Reuters, sejauh ini Malaysia memiliki perjanjian dengan mitra dagang terbesar seperti Indonesia, China, dan Thailand untuk mendorong lebih banyak perdagangan dan investasi mata uang lokal.
Walaupun rupiah dan ringgit sama-sama mengalami pelemahan. Menurut Direktur PT Laba Forexindo mengungkap jika pelemahan rupiah masih dalam tingkat normal. Hal ini dibuktikan dengan pengumaman Bank Indonesia yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga bank dalam negeri.
Kondisi ini tentunya berbeda dengan Malaysia yang saat ini ringgit anjlok dan mengalami penurunan ekspor-impor. Tentunya hal ini mempengaruhi seberapa banyak ringgit digunakan.