RAGAM, Sosio: Krisis ekonomi yang terus berulang menjadi tantangan besar bagi negara-negara berpendapatan menengah dan rendah, termasuk mayoritas negara Islam.
Guncangan ekonomi yang berulang kali terjadi menyebabkan kemerosotan kesejahteraan masyarakat, memperlambat pemulihan sosial, dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Lutfia Nurafifah, salah satu peserta LK 3, menjelaskan bahwa rendahnya kinerja institusi serta kompleksitas problem sosial-ekonomi membuat upaya pemulihan berjalan stagnan dan jauh dari standar perbaikan yang ideal.
Dalam konteks ini, pemikiran Islam menawarkan perspektif fundamental dalam menciptakan tata kelola ekonomi yang lebih kuat dan berdaya tahan di tengah krisis.
Para pakar ekonomi Islam menegaskan bahwa sudah saatnya negara-negara Islam mengambil langkah konkret dalam mereformasi sistem ekonomi mereka. Prinsip-prinsip Islam dalam menjaga kesejahteraan mencakup lima aspek utama, yaitu ad-din (agama), al-maal (harta), al-aql (intelektual), an-nafs (jiwa), dan an-nasl (generasi).
“Ekonomi Islam menekankan keseimbangan antara aspek spiritual dan material. Oleh karena itu, reformasi ekonomi dalam perspektif Islam harus berfokus pada tata kelola yang baik, transparansi, dan distribusi kekayaan yang adil,” ujar seorang pakar ekonomi Islam.
Para pemimpin negara Islam diharapkan segera mengambil langkah nyata untuk memperkuat fundamental ekonomi dengan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Reformasi tata kelola ekonomi yang baik bukan hanya keharusan moral, tetapi juga strategi penting dalam menciptakan daya tahan ekonomi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan global di masa depan.