spot_imgspot_img

Kualitas Kader HMI Hari Ini, Refleksi dari Peserta LK 3 Badko HMI Jabar

Editor:Ujang Nana
- Advertisement -

RAGAM, Sosio: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi pengkaderan telah melahirkan banyak tokoh berkualitas yang berperan di berbagai sektor, baik di kampus maupun di tingkat nasional.

Jejak prestasi kader HMI menjadi bukti nyata bahwa organisasi ini telah menjadi salah satu yang elit dalam dunia kemahasiswaan dan kepemudaan.

Namun, kebanggaan ini tidak boleh membuat kita terlena, karena ada tantangan besar yang harus dihadapi, terutama dalam menjaga kualitas kaderisasi.

Sebagai peserta Latihan Kader (LK) 3 Badko HMI Jawa Barat, kami merasakan bahwa kondisi kader HMI saat ini mengalami pergeseran yang cukup signifikan.

Semangat perjuangan dan idealisme yang dahulu menjadi ciri khas kini mulai tergerus oleh pragmatisme. Kutipan Cak Nur tentang HMI yang dulu relevan, kini terasa kehilangan makna dalam realitas organisasi hari ini.

Degradasi Semangat dan Kualitas Kader

Kader HMI seharusnya menjadi tulang punggung organisasi di setiap tingkatan, dari Komisariat hingga Pengurus Besar. Namun, kenyataannya, semangat untuk berorganisasi dan berdiskusi semakin menurun.

Kritik yang seharusnya menjadi konsumsi harian kader justru semakin jarang terdengar. Bahkan, di lingkungan kampus, keberadaan kader HMI tidak lagi menjadi motor utama dalam gerakan intelektual dan sosial.

Ketidakpekaan kader dalam menyikapi kebijakan yang eksentrik dan minim empati menjadi bukti bahwa ruh kritis HMI semakin melemah. Dulu, HMI dikenal sebagai organisasi pencipta isu, yang melahirkan gagasan dari kajian dan diskusi mendalam.

Namun kini, banyak kader lebih sibuk dengan urusan pribadi dan perhitungan untung-rugi dalam keterlibatan organisasi. Dominasi teknologi dan melemahnya budaya literasi semakin memperparah situasi ini.

HMI: Sekadar Alat atau Kembali ke Jalan Perjuangan?

Nama besar HMI sering kali hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk kepentingan pribadi untuk memperoleh posisi, kedudukan, atau pamor alih-alih untuk kepentingan umat dan bangsa.

Diskusi dan kajian yang seharusnya menjadi budaya, kini tergeser oleh kebiasaan bermain gadget saat berkumpul.

Jika pola pengkaderan tidak segera diformulasikan ulang sesuai dengan perkembangan zaman, maka kader HMI akan semakin kehilangan daya saing dalam menjawab tantangan global, termasuk ancaman westernisasi dan kapitalisme.

Kami, peserta LK 3 Badko HMI Jawa Barat, merasakan kerinduan mendalam terhadap pemikiran-pemikiran orisinal yang kritis, brilian, dan berani.

Namun, lemahnya daya antisipasi dan kepedulian terhadap persoalan masyarakat semakin menjauhkan HMI dari ruh perjuangannya.

Organisasi yang dulu berorientasi pada kualitas kini lebih banyak mengejar kuantitas, dan politik kampus lebih sering menjadi panggung utama dibandingkan dengan pengembangan intelektual.

Refleksi dan Harapan untuk HMI ke Depan

Peningkatan kualitas kader harus menjadi kesadaran kolektif di semua tingkatan HMI, mulai dari Komisariat, Korkom, Cabang, hingga Badko dan Pengurus Besar.

Hanya dengan komitmen kuat dalam menjaga kualitas pengkaderan, HMI bisa kembali menjadi organisasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin visioner, berintegritas, dan mampu membawa perubahan bagi umat dan bangsa.

Kami mengajak seluruh kader untuk kembali merenungkan esensi pengkaderan di HMI. Mari kita maknai kaderisasi sebagai proses menjadi lebih baik, bukan sekadar formalitas.

Hanya dengan usaha yang sungguh-sungguh, HMI dapat kembali menjadi organisasi yang benar-benar melahirkan generasi emas bagi Indonesia.

Panjang Umur Perjuangan, Panjang Umur Pengkaderan. Yakin Usaha Sampai!

Ditulis oleh : Ahmad Rizki Nurfadilah (Peserta LK 3 Badko HMI Jabar)

Bagikan

Komentar

Artikel Terkait
- Advertisment -
Google search engine

Populer

- Advertisment -