Jakarta, SOSIO: Sejumlah tokoh muda Indonesia mengambil langkah berani dengan mendesak pengusulan Sri Sultan Hamengku Buwono II (HB II) jadi Pahlawan Nasional.
Dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono di Jakarta, mereka meminta dukungan pemerintah untuk mengapresiasi perjuangan HB II, tokoh kunci dalam melawan kolonialisme Belanda.
Inisiatif ini tidak hanya bertujuan memperjuangkan gelar pahlawan, tetapi juga mengenalkan sejarah perjuangan HB II kepada generasi muda.
Perjuangan HB II: Inspirasi Melawan Penjajahan
Sri Sultan Hamengku Buwono II, yang memimpin Kesultanan Yogyakarta pada 1792–1810 dan 1811–1812, dikenal sebagai pejuang gigih yang menentang Belanda.
Ia turut berperan dalam Perang Jawa (1825–1830) bersama Pangeran Diponegoro, memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat Jawa.
Namun, kisah heroiknya masih kurang dikenal dibandingkan tokoh pejuang lainnya.
“Kami ingin perjuangan HB II mendapat tempat di hati masyarakat, terutama generasi muda. Beliau adalah simbol keberanian dan pembela rakyat,” ujar RM. Fajar Bagoes Sampurno, keturunan HB II sekaligus Ketua Lembaga Vasiati Socaning Lukika.
Dukungan Wamensos: HB II Layak Jadi Pahlawan
Wamensos Agus Jabo Priyono menyambut baik usulan ini. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk menghormati jasa para pejuang kemerdekaan.
“HB II dan tokoh seperti Pangeran Diponegoro adalah inspirasi. Jika memenuhi syarat, kami dukung penuh pengusulan HB II sebagai Pahlawan Nasional,” kata Jabo.
Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi sejarah agar generasi muda mengenal perjuangan para pahlawan.
Generasi Muda Bergerak: Sosialisasi dan Edukasi
Inisiatif untuk dorong HB II jadi Pahlawan Nasional tidak berhenti pada pengusulan gelar. Farkhan Evendi, Ketua Umum Bintang Muda Indonesia (BMI) Demokrat, menyoroti perlunya menanamkan nilai sejarah pada anak muda.
“HB II adalah teladan perjuangan. Kisahnya harus menjadi bagian dari pendidikan sejarah agar generasi Z paham akar bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Utami Oentoro, dosen Universitas Bung Karno Jakarta, mendorong perguruan tinggi untuk aktif dalam kajian sejarah.
“Kampus harus jadi ruang diskusi dan penelitian tentang HB II. Mahasiswa perlu terhubung dengan sejarah agar tidak kehilangan identitas budaya,” jelasnya.
Dedi, pemerhati sosial, menambahkan bahwa edukasi sejarah harus dibuat menarik. “Kita perlu program kreatif, seperti seminar dan konten digital, untuk mengajak anak muda belajar sejarah dengan cara yang relevan,” ungkapnya.
Langkah Konkret: Seminar, Penelitian, dan Kampanye Publik
Pertemuan ini menghasilkan rencana konkret, termasuk penyelenggaraan seminar, penelitian akademis, dan kampanye publik melalui lembaga pendidikan.
Para tokoh muda berencana mematangkan proposal pengusulan gelar Pahlawan Nasional sesuai prosedur resmi.
Mereka juga akan memperkuat kajian sejarah untuk memastikan perjuangan HB II diakui secara luas.
“Kami ingin generasi muda bangga dengan sejarah bangsanya. Mengusulkan HB II sebagai Pahlawan Nasional adalah langkah awal untuk mengenalkan perjuangannya,” tambah Fajar.
Mengapa HB II Penting bagi Indonesia?
HB II bukan hanya seorang sultan, tetapi juga pejuang yang berani melawan penjajahan Belanda.
Perjuangannya dalam Perang Jawa menunjukkan dedikasi untuk membela rakyat dan mempertahankan kedaulatan.
Dengan mengangkat kembali kisahnya, para tokoh muda berharap dapat menginspirasi generasi saat ini untuk menghargai sejarah dan nilai-nilai kebangsaan.
Menuju Pengakuan Nasional
Langkah untuk dorong HB II jadi Pahlawan Nasional kini memasuki tahap penyusunan proposal dan sosialisasi.
Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan HB II segera mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional, menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia.