Internasional, Sosio: Serangan Israel menewaskan keluarga kepala biro Al Jazeera Gaza. Diantara yang menjadi korbannya adalah anak perempuan, istri dan cucunya.
Dalam rekaman yang ditayangkan di Al Jazeera, Dahdouh nampak memasuki Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah pada, Rabu (25/10).
Wael Dahdouh selaku kepala biro Al Jazeera Gaza nampak dalam video yang beredar tengah melihat istri, putra, dan putrinya yang meninggal di kamar mayat.
Kepala biro Al Jazeera Gazaa itu juga terlihat berjongkok dan menyentuh wajah putranya, Mahmoud (15) yang berkenminginan menjadi jurnalis seperti ayahnya.
Rekaman selanjutnya menunjukkan dia tengah memegang tubuh putrinya, Syam (7) yang telah dikafani sebari melihat wajahnya yang berlumuran darah setelah serangan di kamp pengungsi Nuseirat.
Tampak syok, Dahdouh mengungkapkan kepada Al Jazeera tentang serangan Israel saat perjalanan keluar dari rumah sakit
“Apa yang terjadi sudah jelas, ini adalah serangkaian serangan yang ditargetkan terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil,” ujar kepala al Jazeera Gaza.
Ia menuturkan bahwa pihaknya telah melaporkan dari Yarmouk tentang serangan Israel yang telah menargetkan banyak daerah, termasuk Nuseirat.
“Kami sempat ragu bahwa penjajah Israel tidak akan membiarkan orang-orang ini pergi tanpa menghukum mereka. Dan sayangnya, itulah yang terjadi. Ini adalah daerah ‘aman’ yang dibicarakan oleh tentara penjajah,” terang kepala biro Al Jazeera Gaza
Diketahui beberapa anggota keluarga Dahdouh, termasuk seorang cucu perempuannya yang masih balita, selamat dari serangan Israel saat berada di kamp pengungsian Nuseirat.
Operasi penyelamatan masih berlangsung untuk menyelamatkan beberapa orang dari reruntuhan rumah, namun cucu Dahdouh, Adam, dikabarkan menonggal dunia.
Menurut Al Jazeera Arabic, Yehia selaku anak laki-laki Dahdouh terluka dan para dokter harus melakukan prosedur darurat untuk menjahit luka serius di kepalanya.
Prosedur tersebut harus dilakukan di koridor rumah sakit, dan para dokter berjuang untuk menemukan alat yang tepat. Sehingga Dokter harus menggunakan benang non-bedah untuk menjahit lukanya.
Baca Juga: PBB Ungkap Gaza Butuh Bantuan Miliaran Dolar untuk Berperang
Serangan membabi buta yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel mengakibatkan hilangnya istri, anak laki-laki dan perempuan Dahdouh secara tragis.
“Anggota keluarganya Dahdouh yang lain terkubur di bawah reruntuhan,” kata Al Jazeera Media Network dalam sebuah pernyataan.
Ia menuturkan rumah Dahdouh menjadi sasaran di kamp Nuseirat di pusat Gaza, tempat mereka mengungsi setelah adanya pengeboman awal di lingkungan.
Selain itu, pindahnya penduduk ke kamp Nuseirat dikarenakan juga menyusul seruan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar semua warga sipil pindah ke selatan.
“Sungguh memilukan melaporkan tentang keluarga Wael dan melihat betapa hancurnya dia. Dia menenangkan semua orang. Dia berbicara kepada kami seperti seorang kakak, bukan hanya seorang kepala biro,” ujar Youmna Elsayed dari Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa Nahdoun tidak meninggalkan Kota Gaza. Dia tetap tinggal meskipun ada ancaman dan peringatan selama 19 hari berturut-turut.
Youmna menerangkan bahwa kepala biro Al Jazeera Gaza sempat menyerukan bahwa dirinya harus berada di Kota Gaza untuk melaporkan tentang orang-orang yang dibom setiap harinya.
“Dia tidak menyerah pada mereka. Dia tidak ingin pergi.” tegasnya.